Al Mujaadilah ayat 11 : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ”Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan :”Berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui yang kamu kerjakan..

Sunday, July 20, 2014

RAIH TAQWA RAMADHAN

Bismillah ar-Rahman ar-Rahim
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,
(QS. Al Baqarah (2) Ayat 183).
Taqwa
Orang-orang yang bertaqwa adalah orang-orang yang hidup sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an. Allah SWT berfirman dalam Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 2-5:
“Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa, (yaitu) mereka yang beriman kepada yang gaib, yang mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian rezki yang Kami anugerahkan kepada mereka, dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Qur’an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Tuhan mereka, dan merekalah orang-orang yang beruntung.”.
Salah satu bukti kegembiraan umat Islam dalam menyambut Ramadhah adalah dengan mewarnai hari-hari di dalam bulan Ramadhan dengan belajar dan mengajarkan Qur’an.
Qur’an bukan cuma di baca, tetapi juga difahami maknanya. Qur’an bukan cuma di lisan tetapi juga diamalkan dengan perbuatan.
Ramadhan menjadikan Umat Islam sebagai Umat yang bijaksana.
Allah SWT berfimran dalam Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 184:
“… Maka barang siapa di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. … “.
Allah SWT memberikan keringanan kepada kita, sesuai dengan kondisi kita, meskipun terhadap sesuatu yang Ia wajibkan. Salah satu implikasi nilai ini dalam membangun system kehidupan adalah seorang pemimpin, baik dalam lingkup keluarga, lingkungan, organisasi, ataupun Negara haruslah bijak dalam memahami kondisi umat yang dipimpin.
Jangan gunakan kemampuan dan kewenangan anda untuk mempersulit dan menghambat kebaikan bagi orang lain. Boleh tegas, boleh disipilin, tetapi jangan memaksakan sesuatu kepada seseorang diluar dari kemampuannya. Umat Islam harus bijaksana. Tetapi keringanan bukan berarti lepas tanggung jawab. Penuhi kewajiban puasa dan jadilah umat yang bertanggung jawab.
Ramadhan menjadikan Umat Islam sebagai Umat yang bertanggung jawab.
Puasa yang anda tinggalkan harus anda ganti. Ini adalah tuntan Islam kepada kita umat Islam. Kita dituntun untuk menjadi orang yang bertanggung jawab.
Jangan jadi umat yang lemah. Jangan hanya karena ngantuk, kita tinggalkan ibadah sahur. Jangan hanya karena sibuk kerja, belajar, atau aktivitas lainnya, kita rela tinggalkan shalat. Jangan hanya karena lapar, kita nekad merampas hak orang lain. Jangan karena nafsu, kita biarkan diri kita terjerumus dalam perbuatan maksiat.
Segala sesuatu yang kita perbuat harus kita pertanggung jawabkan. Segala sesuatu yang telah Allah wajibkan kepada kita, harus kita penuhi. Dan segala sesuatu yang telah Allah haramkan kepada kita, harus kita tinggalkan.
Jadilah umat islam yang bertanggung jawab. Jadilah umat yang lebih takut kepada dosa daripada takut kepada resiko kerugian di dunia. Jadilah umat yang lebih takut kepada Allah SWT, daripada takut kepada bos, atau manusia yang berkuasa.
Ramadhan menjadikan Umat Islam sebagai Umat yang ikhlas dalam berbagi kebaikan.
Allah SWT berfimran dalam Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 184: “ … Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin. Barang siapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”.
Salah satu kompensasi terhadap kewajiban puasa adalah dengan berbagi kebaikan. Umat Islam selalu dituntun untuk menyebar manfaat. Orang yang sukses puasanya adalah orang yang kegemarannya untuk membantu fakir miskin terus semakin meningkat setelah Ramadhan. Dan yang utama adalah semuanya dilakukan karena Allah SWT. Itulah ikhlas, dan untuk itulah kita puasa.
Ikhlas adalah melakukan sesuatu karena Allah SWT, bukan karena yang lain. Jadilah kita umat yang rela untuk tinggalkan segala sesuatu karena Allah SWT, dan jangan pernah tinggalkan Allah SWT karena sesuatu.
Ramadhan menjadikan Umat Islam sebagai Umat yang bersyukur.
Allah SWT berfimran dalam Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 185: “ … Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya (puasa) dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur.”.
Banyak hal dalam puasa yang mengarahkan kita untuk menjadi insan yang selalu bersyukur. Disaat berbuka puasa, kita bisa merasakan ni’mat makan dan minum yang mungkin dalam beberapa waktu kita abaikan. Orang baru bisa merasakan ni’matnya makan dan minum ketika dia sudah merasakan lapar. Jika tidak ada kewajiban puasa, maka boleh jadi orang-orang yang mampu dan kaya akan lupa untuk mensyukuri ni’mat makan dan minum, disebabkan karena mereka tidak pernah dalam kondisi lapar.
Perbanyaklah mengucap Alhamdulillah, karena kita masih sehat, karena kita masih bisa merasakan ni’matnya menjadi muslim bersaudara yang bisa menghidupkan hari-hari di bulan Ramadhan dengan Tarawih dan Tadarus bersama.
Pesan Nabi SAW dan Keutamaan Ibadah Puasa Ramadhan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Shaum itu benteng, maka (orang yang melaksanakannya) janganlah berbuat kotor (rafats) dan jangan pula berbuat bodoh. Apabila ada orang yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka katakanlah aku sedang shaum (ia mengulang ucapannya dua kali).
Dan demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh bau mulut orang yang sedang shaum lebih harum di sisi Allah Ta’ala daripada harumnya minyak misik, karena dia meninggalkan makanannya, minuman dan nafsu syahwatnya karena Aku (Allah swt).
Shaum itu untuk Aku dan Aku sendiri yang akan membalasnya dan setiap satu kebaikan dibalas dengan sepuluh kebaikan yang serupa”.
(HR. Bukhari nomor 1761).
Suatu hari Rasulullah SAW didatangi oleh seorang wanita kafir. Ketika itu Rasulullah SAW sedang bersama beberapa orang sahabat. Wanita itu membawa beberapa buah jeruk dan diberikan kepada Rasulullah SAW.
Sekilas tampak buah jeruk yang diberikan itu sangat segar dan siapa pun yang melihatnya pasti tergiur. Rasulullah SAW menerimanya dengan senyum. Buah itu dimakan oleh Rasulullah SAW dan kemudian Beliau tersenyum.
Biasanya Rasulullah SAW selalu membagikan makanannya kepada para sahabat agar bisa ikut makan bersama, namun kali ini tidak. Tidak satupun jeruk itu diberikan kepada para Sahabat. Rasulullah SAW terus makan dan tersenyum kepada wanita itu. Beberapa saat kemudian, wanita itu pun pergi, diiringi ucapan terima kasih dari Rasulullah SAW.
Sahabat-sahabat agak heran dengan sikap Rasulullah SAW itu. Lalu mereka bertanya mengapa Beliau tidak membagikan makanan yang Beliau makan tersebut kepada Para Sahabat sebagaimana biasa. Dengan tersenyum Rasulullah SAW menjelaskan:
“Ketika saya makan jeruk itu, ternyata rasanya sangat masam. Saya khawatir jika kalian makan buah itu, boleh jadi ada di antara kalian yang akan marah atau membuang dan menolak memakan buah itu, sehingga wanita itu akan tersinggung. Oleh karena itu, saya habiskan semuanya.”.
Demikianlah akhlak Rasulullah SAW yang sangat luar biasa bijak dan sabar. Beliau tidak marah dan tetap menghargai orang yang sudah memberikan sesuatu kepada Beliau, meskipun pemberian itu buruk.
Jika kita membalas pukulan dengan pukulan, maka boleh jadi tindakan itu dianggap adil. Tetapi ketika kita tidak membalas menyakiti orang yang telah menyakiti kita, maka disitulah terdapat nilai tambah keimanan yang menjadikan derajat diri kita menjadi lebih mulia di sisi Allah SWT.
Jika Aqidah Islam yang diserang dan/atau keselamatan jiwa yang diserang, maka menghentikan serangan itu merupakan tindakan jihad yang bernilai ibadah. Tetapi jika hanya emosi kita yang diserang, maka membalas serangan itu boleh jadi tidak akan memberi manfaat untuk kita.
Meninggalkan sesuatu yang tidak bermanfaat, adalah anjuran Islam. Sesungguhnya orang yang kuat bukan orang yang bisa menang melawan setiap lawannya, tetapi lebih dari itu, orang yang kuat adalah yang bisa menang melawan hawa nafsu dan emosinya.
InsyaAllah dalam bulan Ramadhan ini, kita bisa melatih diri untuk menjadi orang-orang yang sabar dan bijak dalam menghadapi setiap persoalan. InsyaAllah dalam bulan Ramadhan ini kita bisa menjadi orang-orang yang terbiasa berlaku ihsan, yaitu berlaku lebih baik / membalas keburukan dengan kebaikan.
Jika kita sudah bisa berbuat ihsan dalam bulan Ramadhan, maka InsyaAllah setelah bulan Ramadhan, kita akan terbiasa untuk berbuat ihsan. Sesungguhnya bulan Ramadhan adalah masanya kita latihan, dan sebelas bulan berikutnya adalah masanya kita berjihad, utamanya adalah melawan hawa nafsu.
Begitu banyak orang yang terjatuh kedalam dosa, tidak lain disebabkan karena mereka tersandung oleh hawa nafsu. Begitu banyak orang yang tersandung oleh hawa nafsu, tidak lain disebabkan karena mata mereka telah terpana oleh dunia.
Allah SWT berfirman dalam Qur’an Surah Ali – Imran (3) ayat 14-17:
Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).
Katakanlah: “Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?” Untuk orang-orang yang bertakwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridaan Allah: Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.
(Yaitu) orang-orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,”. (yaitu) orang-orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah), dan yang memohon ampun di waktu sahur.
Untuk itu, perbanyaklah beristighfar pada waktu sahur. Beberapa dzikir, istighfar, dan do’a yang InsyaAllah bermanfaat untuk kita amalkan, khususnya di bulan Ramadhan adalah sebagai berikut:
Asyhadu alla ilaha illa Allah
“saya bersaksi bahwa tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah”.
Astaghfirullah
“saya mohon ampun kepada Allah”.
Allahumma inna as alukal jannata wa a’udzubika minan naar
“Wahai Tuhanku. sesungguhnya aku memohon surga kepadaMu dan aku berlindung kepadaMu dari siksa neraka”.
Allahumma innaka ‘afuwwun
tuhibbul ‘afwa fa’fu anna
“Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf yang menyukai permintaan maaf, maka saya mohon maafkanlah saya”.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Dalam surga ada satu pintu yang disebut dengan Ar‐Rayyan, yang pada hari qiyamat tidak akan ada orang yang masuk ke surga melewati pintu itu kecuali
para shaimun (orang‐orang yang berpuasa). Tidak akan ada seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut selain mereka. Lalu dikatakan kepada mereka; Mana para shaimun, maka para shaimun berdiri menghadap. Tidak akan ada seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut selain mereka. Apabila mereka telah masuk semuanya, maka pintu itu ditutup dan tidak akan ada seorangpun yang masuk melewati pintu tersebut”. (HR. Bukhari nomor 1763).
InsyaAllah kita bisa memaksimalkan ibadah kita dalam bulan Ramadhan dengan ikhlas, untuk Allah SWT. InsyaAllah setiap ibadah kita mendapat ridha dari Allah SWT. Dan InsyaAllah kita termasuk orang-orang yang dapat melewati pintu Ar‐Rayyan pada hari kiamat nanti.
Walhamdulillahi Rabbil Alamin.
* * *