Shalat jenazah adalah shalat yang dilakukan untuk jenazah muslim/muslimah setelah dimandikan dan dikafani, yang dimaksudkan untuk mendoakan jenazah agar mendapatkan ampunan dan kehidupan yang baik di alam kubur dan akhirat. Shalat Ghaib adalah shalat jenazah yang dilakukan ketika jasad mayit sudah dimakamkan, atau shalat yang dilakukan dari jarak yang jauh dari keberadaan mayit.
Dari Abu Hurairah
radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Bahwasanya Rasulullah SAW mengumumkan
kematian An Najasyi (seorang Raja di negeri Habasyah (Ethiopia)) pada
hari kematiannya. Rasul keluar bersama para sahabatnya ke lapangan, lalu
mengatur shaf, kemudian (melaksanakan shalat dengan) bertakbir sebanyak
empat kali.” (HR Bukhari).
Dari Ibnu Abbas ra, ia
menyatakan bahwa Rasulallah SAW lewat dekat sebuah kuburan yang baru
semalam dikuburkan. Rasulallah saw bertanya: ”Kapan dikuburkan?”. Mereka
menjawab: ”Tadi Malam”. Beliau bertanya lagi: ”Kenapa kalian tidak
memberitahukan kepadaku?”. Mereka menjawab: ”Kami kuburkan ia tengah
malam yang sangat gelap karena itu kami tidak mau membangunkan engkau”.
Lalu Nabi berdiri, kami berbaris dibelakang beliau untuk shalat. Ibnu
Abbas berkata:”Dan aku termasuk orang yang berbaris. Maka beliau shalat”
(HR Bukhari dan Muslim).
NIAT:
Niatkan
dalam hati dan dimantapkan dengan diucapkan secara sirr (pelan) bahwa
kita berniat menunaikan shalat jenazah/ghaib untuk almarhum/almarhumah
dengan 4 takbir, fardu kifayah (hukumnya wajib secara umum untuk kaum
muslim), hanya untuk memohon ridhanya Allah SWT / dilaksanakan hanya
karna Allah semata, kemudian “Takbir”. Atau bisa juga dengan membaca
secara sirr niat berikut ini:
Shalat Jenazah: “USHALLI
ALA HADZAL MAYYITI, AR-BA ’A TAKBIRATIN FARDAL KIFAYATI (MA’MUMAN /
IMAMAN) LILLAAHI TA ’ALA, ALLAAHU AKBAR”.
Shalat Ghaib:
“USHALLI ALAL MAYYITIL GHAIBI AR-BA ’A TAKBIRATIN FARDAL KIFAYATI
(MA’MUMAN / IMAMAN) LILLAAHI TA ’ALA, ALLAAHU AKBAR”.
BACAAN SETELAH TAKBIR PERTAMA:
Membaca Al – Qur’an Surah “Al – Fatihah”.
BACAAN SETELAH TAKBIR KEDUA:
Membaca Shalawat atas Nabi Muhammad saw, minimal membaca:
“ALLAHUMA SHALLI ‘ALA MUHAMMAD”
atau bisa membaca:
“ALLAHUMMA
SHALLI ‘ALA MUHAMMAD WA ’ALA ALI MUHAMMAD. KAMA SHALLAITA ‘ALA IBRAHIM
WA ‘ALA ALI IBRAHIM. WA BARIK ‘ALA MUHAMMAD WA ‘ALA ALI MUHAMMAD. KAMA
BARAKTA ‘ALA IBRAHIM WA ‘ALA ALI IBRAHIM FIL ‘ALAMINA INNAKA HAMIDUN
MAJID”.
Artinya:
“Ya Allah, berilah
rahmat kepada Nabi Muhammad dan atas keluarganya, sebagaimana Engkau
telah memberi rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, dan
limpahkanlah berkah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana
Engkau telah memberikan berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya,
sesungguhnya di seluruh alam ini, Engkaulah Tuhan yang Maha Terpuji dan
Maha Mulia.”
BACAAN SETELAH TAKBIR KETIGA:
“ALLAHHUMMAGHFIR LAHU WARHAMHU WA ’AFIHI WA’FU ANHU”
Artinya:
“Yaa Allah ampunilah dia, berilah rahmat, kesejahteraan dan ma’afkanlah dia”.
Apabila
jenazah yang dishalati itu perempuan, maka bacaan “Lahu” diganti dengan
“Laha”. Jika mayatnya banyak maka bacaan “Lahu” diganti dengan “Lahum”.
BACAAN SETELAH TAKBIR KEEMPAT:
“ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHU WA LAA TAF-TINNAA BA’DAHU WAGHFIR LANAA WA LAHU”
Artinya:
“Yaa
Allah, janganlah Engkau tolak pahalanya / janganlah Engkau meluputkan
kami akan pahalanya, dan janganlah Engkau memberi kami fitnah
sepeninggalnya, serta ampunilah kami dan dia.”
SALAM SETELAH BACAAN TAKBIR KEEMPAT:
“ASSALLAMU ‘ALAIKUM WARAHMATULLAHI WA BARAKATUH”
Artinya:
“Salam keselamatan untuk kamu sekalian dan rahmat Allah serta barakah semoga diberikan oleh Allah SWT kepada kamu sekalian.”
KEUTAMAAN SHALAT JENAZAH:
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Hatim telah menceritakan kepada
kami Yahya bin Sa’id dari Yazid bin Kaisan telah menceritakan kepadaku
Abu Hazim dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,
beliau bersabda: “Barangsiapa yang menshalatkan jenazah, maka baginya
pahala satu qirath, dan siapa yang mengantarnya hingga jenazah itu di
letakkan di liang kubur, maka baginya pahala dua qirath.” Saya bertanya,
“Wahai Abu Hurairah, seperti apakah (besarnya) dua qirath itu ?” ia
menjawab, “Yaitu seperti gunung Uhud.” (HR. Muslim).
* * *