Al Mujaadilah ayat 11 : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ”Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan :”Berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui yang kamu kerjakan..

Wednesday, February 10, 2016

SHALAT JENAZAH DAN SHALAT GHAIB


Shalat jenazah adalah shalat yang dilakukan untuk jenazah muslim/muslimah setelah dimandikan dan dikafani, yang dimaksudkan untuk mendoakan jenazah agar mendapatkan ampunan dan kehidupan yang baik di alam kubur dan akhirat. Shalat Ghaib adalah shalat jenazah yang dilakukan ketika jasad mayit sudah dimakamkan, atau shalat yang dilakukan dari jarak yang jauh dari keberadaan mayit.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata: “Bahwasanya Rasulullah SAW mengumumkan kematian An Najasyi (seorang Raja di negeri Habasyah (Ethiopia)) pada hari kematiannya. Rasul keluar bersama para sahabatnya ke lapangan, lalu mengatur shaf, kemudian (melaksanakan shalat dengan) bertakbir sebanyak empat kali.” (HR Bukhari).

Dari Ibnu Abbas ra, ia menyatakan bahwa Rasulallah SAW lewat dekat sebuah kuburan yang baru semalam dikuburkan. Rasulallah saw bertanya: ”Kapan dikuburkan?”. Mereka menjawab: ”Tadi Malam”. Beliau bertanya lagi: ”Kenapa kalian tidak memberitahukan kepadaku?”. Mereka menjawab: ”Kami kuburkan ia tengah malam yang sangat gelap karena itu kami tidak mau membangunkan engkau”. Lalu Nabi berdiri, kami berbaris dibelakang beliau untuk shalat. Ibnu Abbas berkata:”Dan aku termasuk orang yang berbaris. Maka beliau shalat” (HR Bukhari dan Muslim).

NIAT:

Niatkan dalam hati dan dimantapkan dengan diucapkan secara sirr (pelan) bahwa kita berniat menunaikan shalat jenazah/ghaib untuk almarhum/almarhumah dengan 4 takbir, fardu kifayah (hukumnya wajib secara umum untuk kaum muslim), hanya untuk memohon ridhanya Allah SWT / dilaksanakan hanya karna Allah semata, kemudian “Takbir”. Atau bisa juga dengan membaca secara sirr niat berikut ini:

Shalat Jenazah: “USHALLI ALA HADZAL MAYYITI, AR-BA ’A TAKBIRATIN FARDAL KIFAYATI (MA’MUMAN / IMAMAN) LILLAAHI TA ’ALA, ALLAAHU AKBAR”.

Shalat Ghaib: “USHALLI ALAL MAYYITIL GHAIBI AR-BA ’A TAKBIRATIN FARDAL KIFAYATI (MA’MUMAN / IMAMAN) LILLAAHI TA ’ALA, ALLAAHU AKBAR”.

BACAAN SETELAH TAKBIR PERTAMA:

Membaca Al – Qur’an Surah “Al – Fatihah”.

BACAAN SETELAH TAKBIR KEDUA:

Membaca Shalawat atas Nabi Muhammad saw, minimal membaca:

“ALLAHUMA SHALLI ‘ALA MUHAMMAD”

atau bisa membaca:

“ALLAHUMMA SHALLI ‘ALA MUHAMMAD WA ’ALA ALI MUHAMMAD. KAMA SHALLAITA ‘ALA IBRAHIM WA ‘ALA ALI IBRAHIM. WA BARIK ‘ALA MUHAMMAD WA ‘ALA ALI MUHAMMAD. KAMA BARAKTA ‘ALA IBRAHIM WA ‘ALA ALI IBRAHIM FIL ‘ALAMINA INNAKA HAMIDUN MAJID”.

Artinya:

“Ya Allah, berilah rahmat kepada Nabi Muhammad dan atas keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberi rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, dan limpahkanlah berkah kepada Nabi Muhammad dan keluarganya, sebagaimana Engkau telah memberikan berkah kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya, sesungguhnya di seluruh alam ini, Engkaulah Tuhan yang Maha Terpuji dan Maha Mulia.”

BACAAN SETELAH TAKBIR KETIGA:

“ALLAHHUMMAGHFIR LAHU WARHAMHU WA ’AFIHI WA’FU ANHU”

Artinya:

“Yaa Allah ampunilah dia, berilah rahmat, kesejahteraan dan ma’afkanlah dia”.

Apabila jenazah yang dishalati itu perempuan, maka bacaan “Lahu” diganti dengan “Laha”. Jika mayatnya banyak maka bacaan “Lahu” diganti dengan “Lahum”.

BACAAN SETELAH TAKBIR KEEMPAT:

“ALLAAHUMMA LAA TAHRIMNAA AJRAHU WA LAA TAF-TINNAA BA’DAHU WAGHFIR LANAA WA LAHU”

Artinya:

“Yaa Allah, janganlah Engkau tolak pahalanya / janganlah Engkau meluputkan kami akan pahalanya, dan janganlah Engkau memberi kami fitnah sepeninggalnya, serta ampunilah kami dan dia.”

SALAM SETELAH BACAAN TAKBIR KEEMPAT:

“ASSALLAMU ‘ALAIKUM WARAHMATULLAHI WA BARAKATUH”

Artinya:

“Salam keselamatan untuk kamu sekalian dan rahmat Allah serta barakah semoga diberikan oleh Allah SWT kepada kamu sekalian.”

KEUTAMAAN SHALAT JENAZAH:

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Hatim telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa’id dari Yazid bin Kaisan telah menceritakan kepadaku Abu Hazim dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Barangsiapa yang menshalatkan jenazah, maka baginya pahala satu qirath, dan siapa yang mengantarnya hingga jenazah itu di letakkan di liang kubur, maka baginya pahala dua qirath.” Saya bertanya, “Wahai Abu Hurairah, seperti apakah (besarnya) dua qirath itu ?” ia menjawab, “Yaitu seperti gunung Uhud.” (HR. Muslim).

* * *