KIBLAT.
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit (Nabi Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit berdo’a dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah), maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan” (Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 144).
“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Qur’an Surah Al-Muzammil ayat 20).
SHALAT SESUAI TUNTUNAN.
Sesungguhnya Shalat menghadap ke kiblat pada waktu-waktu yang telah ditentukan (Maghrib, Isya, Shubuh, Dzuhur, dan Ashar) merupakan salah satu tuntunan bagi Muslim untuk Bersatu dalam satu visi dan misi yaitu “Hidup untuk Ibadah” dengan niat Lillahi ta’ala, berpedoman kepada satu Kitab Suci yaitu Al-Qur’an dan menjalaninya sesuai tuntunan Rasulullah SAW.
Mari kita jadikan Shalat sebagai kebutuhan dan bukan sekedar melunasi kewajiban. Shalatlah kita sesuai tuntunan dan jangan kita sesatkan diri kita dengan perbuatan dosa dan ibadah tanpa tuntunan Islam. Oleh karena itu hendaklah setiap Muslim memperhatikan hal-hal yang diperintahkan dan hal-hal yang dilarang dalam Shalat. Sesungguhnya Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub (Menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan untuk bersembahyang bagi orang junub yang belum mandi), terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Pengampun” (Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 43).
TUNTUNAN SHALAT TELAH LENGKAP DAN SESUAI DENGAN SEGALA KONDISI
“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qashar (Menurut pendapat jumhur arti qashar di sini ialah: sembahyang yang empat rakaat dijadikan dua rakaat/meringkas raka’at Shalat) sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 101).
“Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 239).
Begitu indah tuntunan Islam yang telah mengatur secara lengkap semua urusan Ibadah dengan memperhitungkan semua kondisi yang mungkin terjadi.
TERUS BERUSAHA UNTUK KHUSYU’ DALAM SHALAT
Muslim yang sejati tidak sekedar memperhatikan hal-hal yang wajib dan hal-hal yang dilarang, tetapi juga memperhatikan hal-hal yang disunnahkan atau hal-hal yang dianjurkan dalam Islam. Sesungguhnya dalam setiap sunnah dan anjuran Islam pasti terdapat keberkahan. Maka setiap orang-orang yang beriman pasti akan berlomba-lomba untuk menunaikan sunnah dan anjuran Islam. Allah SWT menjadikan Al-Qur’an sebagai tuntunan bagi orang-orang yang bertaqwa dalam menjalani hidup dan menyelesaikan setiap persoalan dalam hidup. Allah SWT berfirman:
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’,(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 45-46).
“Sungguh Kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit (Nabi Muhammad s.a.w. sering melihat ke langit berdo’a dan menunggu-nunggu turunnya wahyu yang memerintahkan beliau menghadap ke Baitullah), maka sungguh Kami akan memalingkan kamu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan dimana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. Dan sesungguhnya orang-orang (Yahudi dan Nasrani) yang diberi Al Kitab (Taurat dan Injil) memang mengetahui, bahwa berpaling ke Masjidil Haram itu adalah benar dari Tuhannya; dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang mereka kerjakan” (Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 144).
“Sesungguhnya Tuhanmu mengetahui bahwasanya kamu berdiri (sembahyang) kurang dari dua pertiga malam, atau seperdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan dari orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari sebagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al Quran dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Al-Qur’an Surah Al-Muzammil ayat 20).
SHALAT SESUAI TUNTUNAN.
Sesungguhnya Shalat menghadap ke kiblat pada waktu-waktu yang telah ditentukan (Maghrib, Isya, Shubuh, Dzuhur, dan Ashar) merupakan salah satu tuntunan bagi Muslim untuk Bersatu dalam satu visi dan misi yaitu “Hidup untuk Ibadah” dengan niat Lillahi ta’ala, berpedoman kepada satu Kitab Suci yaitu Al-Qur’an dan menjalaninya sesuai tuntunan Rasulullah SAW.
Mari kita jadikan Shalat sebagai kebutuhan dan bukan sekedar melunasi kewajiban. Shalatlah kita sesuai tuntunan dan jangan kita sesatkan diri kita dengan perbuatan dosa dan ibadah tanpa tuntunan Islam. Oleh karena itu hendaklah setiap Muslim memperhatikan hal-hal yang diperintahkan dan hal-hal yang dilarang dalam Shalat. Sesungguhnya Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub (Menurut sebahagian ahli tafsir dalam ayat ini termuat juga larangan untuk bersembahyang bagi orang junub yang belum mandi), terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pema’af lagi Maha Pengampun” (Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 43).
TUNTUNAN SHALAT TELAH LENGKAP DAN SESUAI DENGAN SEGALA KONDISI
“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-qashar (Menurut pendapat jumhur arti qashar di sini ialah: sembahyang yang empat rakaat dijadikan dua rakaat/meringkas raka’at Shalat) sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu.” (Al-Qur’an Surah An-Nisa ayat 101).
“Jika kamu dalam keadaan takut (bahaya), maka shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kamu telah aman, maka sebutlah Allah (shalatlah), sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.” (Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 239).
Begitu indah tuntunan Islam yang telah mengatur secara lengkap semua urusan Ibadah dengan memperhitungkan semua kondisi yang mungkin terjadi.
TERUS BERUSAHA UNTUK KHUSYU’ DALAM SHALAT
Muslim yang sejati tidak sekedar memperhatikan hal-hal yang wajib dan hal-hal yang dilarang, tetapi juga memperhatikan hal-hal yang disunnahkan atau hal-hal yang dianjurkan dalam Islam. Sesungguhnya dalam setiap sunnah dan anjuran Islam pasti terdapat keberkahan. Maka setiap orang-orang yang beriman pasti akan berlomba-lomba untuk menunaikan sunnah dan anjuran Islam. Allah SWT menjadikan Al-Qur’an sebagai tuntunan bagi orang-orang yang bertaqwa dalam menjalani hidup dan menyelesaikan setiap persoalan dalam hidup. Allah SWT berfirman:
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu’,(yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya.” (Al-Qur’an Surah Al-Baqarah ayat 45-46).
* * *