Berbagi Ilmu, Menuju Rahmatan Lil'Alamin
Jumadil Akhir 1437H / April 2016, Pondok Labu, Cilandak, Jakarta Selatan.
Foto bersama bulan Ramadhan 2013
Silaturahim Bulanan Ke-2 Majelis Ilmu 114 pada Bulan Februari 2014
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-Qur’an Surat Al Maidah Ayat 2).
Keterangan Gambar: Manuskrip Al Quran, Koleksi Universitas Birmingham, Inggris. Diduga, Al Quran itu disusun pada era nabi Muhammad SAW atau beberapa tahun setelah Beliau wafat. Perkamen tersebut dikumpulkan sejak tahun 1920an oleh Alphonse Mingana, seorang Imam yang lahir di dekat kota Mosul-Irak namun tinggal di Inggris. Hasil tes radiokarbon menunjukan perkamen tersebut ditulis antara tahun 568 hingga 645 masehi. Ini berarti ditulis berdekatan dengan masa Nabi Muhammad SAW yang hidup antara tahun 570 hingga 632 masehi.
* * *
Allah SWT memerintahkan kepada kita para hamba-Nya untuk berlaku adil dalam setiap perkataan dan perbuatan. Allah SWT menyuruh kita untuk selalu berusaha menuju ke arah hidup yang lebih baik dalam setiap hal. Allah SWT memerintahkan kita untuk memberikan apa yang dibutuhkan oleh para kerabat kita sebagai cara untuk memperkokoh ikatan kasih sayang antar keluarga. Allah SWT melarang kita berbuat dosa, lebih-lebih dosa besar dan segala perbuatan yang tidak dibenarkan oleh syariat dan akal sehat. Allah SWT melarang kita menyakiti orang lain. Dengan perintah dan larangan itu, Allah SWT bermaksud membimbing kita menuju kemaslahatan dalam setiap aspek kehidupan, agar kita selalu ingat karunia-Nya dan dapat belajar menaati firman-firman-Nya.
* * *
Sesungguhnya Nabi Ibrahim A.S. adalah seorang imam, seorang penghulu yang menjadi panutan dan di dalam dirinya terkandung semua akhlak yang baik lagi patuh, sangat taat kepada Allah dan hanif (cenderung kepada agama yang lurus). Dan sekali-kali dia bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan.
Nabi Ibrahim A.S. senantiasa bersyukur atas nikmat-nikmat Tuhan yang telah diberikan kepadanya. Dengan alasan itulah Allah SWT memilih Nabi Ibrahim A.S. sebagai pengemban misi risalah-Nya. Allah SWT merestui Nabi Ibrahim untuk meniti jalan lurus menuju kebahagiaan abadi.
Allah SWT jadikan Nabi Ibrahim A.S. sebagai sosok yang dikenang kebaikan-kebaikannya oleh seluruh manusia. Dan di akhirat nanti Nabi Ibrahim A.S. akan termasuk ke dalam golongan orang saleh dan akan mendapatkan kehidupan yang menyenangkan dengan ridha Allah SWT.
* * *
Kalian benar-benar mendapatkan teladan yang baik pada pribadi Nabi Muhammad SAW. Teladan bagi orang-orang yang mengharap kasih sayang Allah SWT dan kesenangan hidup di akhirat. Teladan bagi orang-orang yang banyak berzikir mengingat Allah di setiap kesempatan, kala susah maupun senang.
Manusia yang baik pada umum nya, dan Muslim yang baik pada khusus nya, pasti akan menjadikan Nabi Muhammad SAW sebagai idola, sebagai panutan, sebagai suri teladan dalam semua aspek kehidupan, sebagai Rasulullah yang kita taat dan kita cinta kepada nya, kita bersalawat kepada nya, kita ikuti sunnah nya, kita jauhi semua larangan nya, dan tidak ada satu manusia yang hidup saat ini yang lebih kita sayangi, kita kagumi, kita rindukan untuk bertemu, melainkan orang itu adalah Nabi Muhammad SAW. InsyaAllah di dunia kita bisa hidup bahagia dengan sunnah nya, dan di akhirat kita bisa berada di Surga nya Allah SWT bersama Beliau. Amin Ya Arhama Rahimin.
* * *
Orang-orang yang melakukan praktek riba, usaha, tindakan dan seluruh keadaan mereka akan mengalami kegoncangan, jiwanya tidak tenteram. Riba yang dimaksud dalam ayat ini adalah riba jahiliah. Prakteknya berupa pungutan tambahan dari utang yang diberikan sebagai imbalan menunda pelunasan. Sedikit atau banyak hukumnya tetap haram. Para ahli fikih sepakat bahwa hukum penambahan dalam tukar-menukar barang yang sejenis adalah haram. Mereka membolehkan penambahan kalau jenisnya berbeda, tetapi haram menunda pembayarannya. Para pakar kedokteran menyimpulkan banyaknya terjadi tekanan darah tinggi dan serangan jantung adalah akibat banyaknya praktek riba yang dilakukan. Banyaknya praktek riba juga menyebabkan dominasi modal di suatu bidang usaha. Dengan begitu, akan mudah terjadi kekosongan dan pengangguran yang menyebabkan kehancuran dan kemalasan. (esensi dari penjelasan Prof. Quraish Shihab yang diambil dari buku tafsirnya).
* * *
Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menarik piutang yang kalian pinjamkan kecuali mengambil pokok piutangnya saja. Jangan sampai kalian memungut bunga yang terus bertambah dari waktu ke waktu sehingga menjadi berlipat ganda, dan takutlah kepada Allah. Selain itu, janganlah kalian mengambil atau memakan harta orang lain dengan jalan yang batil atau yang tidak dibenarkan menurut hukum Islam. Karena kamu sekalian akan bisa berhasil dan beruntung di dunia dan akhirat hanya apabila kalian menjahui riba, banyak maupun sedikit. Dan janganlah kalian melakukan perbuatan yang akan menyebabkan kalian mendapatkan siksa api neraka yang disediakan untuk orang-orang kafir, yaitu salah satunya dengan cara menjauhi riba.
* * *
رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
“Ya Tuhanku berilah ampun dan berilah rahmat, dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling baik”. (Al-Qur’an Surat Al-Mu’minun Ayat 118)
رَبَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا وَأَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِينَ
“Ya Tuhan kami, kami telah beriman, maka ampunilah kami dan berilah kami rahmat dan Engkau adalah Pemberi rahmat Yang Paling Baik.” (Al-Qur’an Surat Al-Mu’minun Ayat 109)
رَبِّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أَسْأَلَكَ مَا لَيْسَ لِي بِهِ عِلْمٌ ۖ وَإِلَّا تَغْفِرْ لِي وَتَرْحَمْنِي أَكُنْ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berlindung kepada Engkau dari memohon kepada Engkau sesuatu yang aku tiada mengetahui (hakekat)nya. Dan sekiranya Engkau tidak memberi ampun kepadaku, dan (tidak) menaruh belas kasihan kepadaku, niscaya aku akan termasuk orang-orang yang merugi”. (Al-Qur’an Surat Hud Ayat 47)
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَإِسْرَافَنَا فِي أَمْرِنَا وَثَبِّتْ أَقْدَامَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan kami dan tetapkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran Ayat 147)
رَبَّنَا إِنَّنَا آمَنَّا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami telah beriman, maka ampunilah segala dosa kami dan peliharalah kami dari siksa neraka,” (Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran Ayat 16)
رَبَّنَا فَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا وَكَفِّرْ عَنَّا سَيِّئَاتِنَا وَتَوَفَّنَا مَعَ الْأَبْرَارِ
“Ya Tuhan kami, ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang banyak berbakti.” (Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran Ayat 193)
رَبَّنَا وَآتِنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَىٰ رُسُلِكَ وَلَا تُخْزِنَا يَوْمَ الْقِيَامَةِ ۗ إِنَّكَ لَا تُخْلِفُ الْمِيعَادَ
“Ya Tuhan kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji”. (Al-Qur’an Surat Ali ‘Imran Ayat 194)
رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي
“Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri karena itu ampunilah aku”. (Al-Qur’an Surat Al-Qasas Ayat 16)
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
“Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi.” (Al-Qur’an Surat Al-A’raf Ayat 23)
رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا ۚ رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ ۖ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا ۚ أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami tersalah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami; ampunilah kami; dan rahmatilah kami. Engkaulah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir”. (Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 286)
Dari Nubaisyah Al Hudzali, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Hari-hari tasyriq adalah hari menikmati makanan dan minuman.” (Hadits Riwayat Muslim nomor 1141). Hari tasyriq yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijjah (3 hari setelah Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijjah). Hari tasyriq disebut yaumul qarr karena pada saat itu orang yang berhaji berdiam di Mina. Imam Nawawi berkata, “Ini adalah dalil tidak boleh sama sekali berpuasa pada hari tasyriq.” (Syarh Shahih Muslim, 8: 18).
* * *
Buraidah bin Hushaib radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Pada hari idul fitri, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak keluar menuju lapangan, hingga beliau sarapan dulu. Dan pada hari idul adha, beliau tidak makan, hingga beliau shalat.” (HR. Tirmidzi 545 dan dishahihkan al-Albani).
* * *
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika kalian melihat hilal bulan Dzulhijjah dan salah seorang dari kalian ingin menyembelih (kurban) maka hendaknya dia tidak memotong rambut dan kukunya.” (HR. Muslim nomor 1977). Waktu yang dimaksud adalah pada 10 hari di awal bulan Dzulhijjah, dan rambut yang dimaksud adalah yang ada pada bagian tubuh manapun / pada semua bagian tubuh.
* * *