Al Mujaadilah ayat 11 : Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ”Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan :”Berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui yang kamu kerjakan..

Thursday, March 27, 2014

JANGAN LALAI KARENA URUSAN DUNIA


Aqidah akan tercermin dari pandangan hidup manusia dan bagaimana cara manusia itu hidup. Dalam tuntunan Islam, orang-orang yang memiliki aqidah yang lurus memiliki salah satu sifat yang disebut "zuhud". Istilah zuhud punya kaitan erat dengan istilah "hubbud dun'ya".

Apa itu zuhud dan apa itu hubbud dun'ya ? Jawaban singkatnya: Hubbud dun'ya adalah cinta manusia kepada dunia lebih daripada cintanya kepada Allah swt. Sementara zuhud adalah sifat yang sebaliknya.

Dalam Al-Qur'an perumpamaan kehidupan duniawi adalah sebagai berikut: Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dari langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanaman tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang yang berpikir. (QS. Yunus (10) Ayat 24).

Dalam ayat tersebut manusia diajak dan diajarkan untuk berpikir. Tujuan dari ajakan dan ajaran tersebut adalah agar manusia memberikan perhatian yang utama kepada tuntunan Islam yang tertuang dalam Al-Qur'an. Tuntunan-tuntunan itulah yang disebut "ilmu". Beberapa ulama bahkan menjelaskan bahwa hanya disebut ilmu apabila pengetahuan yang dimiliki manusia itu bisa mengantarkannya kepada sifat zuhud.
Bagaimana jika kita menolak ajakan dan ajaran tersebut ? Dalam tuntunan Islam,  merujuk pada kisah kaum Nabi-Nabi terdahulu, dijelaskan bahwa orang-orang yang sudah diajak dan diajarkan tetapi tidak mengikuti, disebut sebagai orang-orang yang sombong. Dalam Al-Qur'an, Allah swt berfirman:

Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat (Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai daripadanya. (QS. Al – A'raaf (7) Ayat 146).

Sebagai catatan, dalam Tafsir Al-Azhar oleh Buya Hamka dijelaskan bahwa turunnya ayat ini adalah sebagai pelajaran bagi kaum Nabi Muhammad saw atas sifat kaumnya Nabi Musa as, khususnya terkait dengan kesombongan Fir'aun. Dari ayat tersebut, sudah jelas dapat kita pahami bahwa orang-orang yang sombong adalah orang-orang yang enggan untuk memperhatikan ayat-ayat Qur'an. Selanjutnya kita diperingatkan bahwa keengganan tersebut menjadi salah satu sebab jin dan manusia akan ditransfer ke neraka setelah selesai berlaga di dunia. Mari kita perhatikan ayat berikut:

Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk isi neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS. Al – A'raaf (7) Ayat 179).

Dalam tafsir Al-Azhar, Buya Hamka menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sombong adalah sifat takabur kepada ilmu Allah swt. Merasa ilmu-ilmu yang lain lebih penting dan lebih benar dibanding ilmu-ilmu Islam. Namun ada hal-hal tertentu yang tidak dikategorikan sebagai sifat sombong, yaitu meninggikan ilmu Islam. Ia menceritakan bahwa Imam Malik pernah diminta menghadap kepada Khalifah Muawiyah, untuk menerangkan tuntunan Islam. Saat datang utusan Khalifah menyampaikan maksud tersebut, beliau berkata "Ilmu itu didatangi bukan mendatangi". Maksud dari kalimat itu adalah jika anda ingin mendapatkan ilmu maka andalah yang selayaknya mencari dan menemui, bukan anda menunggu dan memerintahkan agar ilmu itu datang kepada anda. Pada akhirnya Khalifah Muawiyah datang ke rumah Imam Malik yang kalah megah dibanding Istana Khalifah untuk belajar disana.

Insyaallah penjelasan dari ayat-ayat tersebut, bisa menjadi "ilmu" untuk kita amalkan dan kita sampaikan kepada orang-orang yang kita sayangi agar tidak lalai dan semakin aktif serta istiqamah dalam mempelajari tuntunan Islam.

* * *