"Sesungguhnya Allah Ta'ala melihat pada orang yang Salat, selama orang itu tidak berpaling kepada yang lain" (Dirawikan Abu Dawud, An-Nasa'i dari Abi Dzar). Jika kita bisa menjaga sikap kita saat bertemu dengan orang yang kita cintai, maka sungguh menjaga hati dan lahiriyah saat Shalat adalah suatu keharusan bagi orang-orang yang sungguh-sungguh mencintai Tuhannya.
Sesungguhnya salat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (QS. An-nisa (4) ayat 103). Iman Islam tidak hanya sekedar urusan administrasi yang ditunjukan dari status agama yang tertulis dalam KTP, tetapi salah satu wujud rilnya ditunjukan melalui Shalat. Maka jelaslah bahwa orang yang tidak menunaikan Shalat seharusnya berfikir ulang untuk mengklaim dirinya sebagai orang yang beriman.
Rasulullah saw bersabda, Sesungguhnya shalat-shalat itu menghapuskan dosa yang terjadi diantaranya, selama itu bukan dosa besar (Dirawikan Muslim dari Abu Hurairah ra). Barangsiapa menjumpai Allah, sedang dia menyia-nyiakan shalat, maka tidak diperdulikan oleh Allah sesuatu daripada kebajikan-kebajikannya (Dirawikan Ath-Thabrani dari Anas). Inilah salah satu wujud keadilan dalam Islam, dalam setiap tuntunannya diterangkan dengan jelas manfaat, hak dan sanksi bagi setiap orang yang menunaikan dan melalaikan kewajibannya.
Pembicaraan diatas bisa kita analogikan sebagai pembicaraan awal dalam urusan shalat. Layaknya orang yang bersekolah, tentu idealnya pada satu waktu akan naik kelas. Begitu pula shalat, bagi kita yang rutin telah mengerjakan shalat, idealnya mulai berupaya untuk meningkatkan "kelas" shalat kita ketingkatan yang lebih tinggi yaitu shalat yang khusyu'.
Allah swt berfirman "Kerjakanlah shalat untuk mengingat Aku" (QS. Tha-haa (20) ayat 14). Apakah pada saat kita shalat, kita masih lebih sering mengingat yang selain Allah swt ?. "Janganlah kamu salat, sedang kamu dalam keadaan mabuk, sampai kamu mengerti apa yang kamu ucapkan" (QS. An-nisaa (4) ayat 43). Apakah saat kita shalat, kita mengerti apa yang kita ucapkan ?. Inilah pertanyaan-pertanyaan kunci yang dapat menjastifikasi apakah shalat kita khusyu atau tidak.
Shalat yang khusyu' tidak berarti shalat sampai hilang kesadaran, bukan pula berarti shalat menggunakan bahasa daerah (selain bahasa Al-Qur'an) agar kita mengerti apa yang kita ucapkan, dan bukan pula shalat dengan gaya bebas senyaman yang kita mau. Kunci khusyu' adalah shalat untuk mengingat Allah, dan kita mengerti apa yang kita ucapkan pada setiap ucapan dalam gerakan shalat, sesuai dengan tuntunan Islam.
Berapa banyak orang yang dalam shalatnya masih lebih banyak mengingat acara televisi, tugas-tugas sekolah atau kuliah, pekerjaan-pekerjaan kantor, makanan dan minuman, janji dengan teman, dan lain sebagainya. Berapa banyak juga orang yang shalat, ia tidak minum khamar atau beer, tetapi ia tidak mengerti apa yang ia ucapkan. Jika kita masih termasuk dalam kelompok orang-orang yang macam itu, maka marilah mulai hari ini kita benahi shalat kita bersama-sama.
Hati seumpama gelas, untuk mengisi shalat kita dengan kekhusyu'an, kita terlebih dahulu perlu memastikan hati kita kosong dari hal-hal lain, selain shalat. Isi hati kita dengan niat yang lurus untuk shalat, lillahi ta'ala, bukan rutinitas ta'ala, dan setelah itu kita tutup agar tidak dimasuki oleh sesuatu yang dapat merusak isinya. Hati bisa terpengaruh oleh penglihatan, pendengaran, maupun penciuman. Amankan tiga indera tersebut saat shalat.
Pertama, pastikan syarat wajib dan syarat sah shalat sudah kita tunaikan. Kedua, pastikan tempat kita shalat bebas dari gambar atau tampak suatu benda yang dapat mengalihkan perhatian kita. Ketiga, pastikan pula bahwa benda-benda seperti telepon seluler atau yang serupa sudah kita atur silent atau nonaktif untuk mengamankan pendengaran kita selama shalat. Keempat, pastikan tidak ada aroma entah dari pakaian atau dari badan kita, yang dapat mengganggu konsentrasi saat shalat. Jika semuanya sudah kita amankan, maka mari kita shalat sesuai dengan rukun yang telah ditetapkan dalam syariat.
Dalam buku terjemahan Ihya Ulumiddin karya Imam Ghazali oleh Prof. Tengku H. Ismail Yakub, disampaikan bahwa Rasulullah saw bersabda: Sesungguhnya shalat itu menetapkan hati, menundukan diri, merapati bathin, menyesali diri (Dirawikan At-Tirmidzi dari Al-Fadl bin Abbas). Diceritakan pula bahwa Rasulullah saw melihat seorang bermain-main dengan janggutnya dalam shalat, maka beliau bersabda: "jikalau khusyu' hati orang ini, niscaya khusyu'lah anggota-anggota badannya" (Dirawikan At-Tirmidzi dari Abu Hurairah). Sesungguhnya diwajibkan shalat adalah karena menegakkan dzikir (mengingat) Allah Ta'ala (Dirawikan At-Tirmidzi dari Aisyah).
Fokus pada bacaan dalam setiap gerakan shalat. Jika saat ini kita sudah menghafal semua bacaan dalam shalat, maka kedepan kita perlu upayakan untuk mengetahui arti dari setiap bacaan tersebut. Jika saat ini kita sudah menghafal arti dari setiap bacaan dalam shalat, maka kedepan kita perlu upayakan untuk dapat menghayati arti dari setiap bacaan tersebut. Penghayatan itulah yang akan mengantarkan kita pada shalat yang lebih khusyu', InsyaAllah.
Istiqamah untuk khusyu' dalam shalat akan manjadikan kita sebagai ahli shalat khusyu'. Adalah Amir bin Abdullah termasuk orang yang khusyu' didalam shalat. Dan apabila ia mengerjakan shalat, kadang-kadang anaknya memukul rebana dan berbincang-bincang sesuka hatinya di rumah. Namun ia tidak terpengaruh oleh segala keributan itu. Rasulullah saw bersabda, dirikanlah shalat seperti shalat orang yang mengucapkan selamat tinggal (Dirawikan Abu Bakar bin Malik dari Ma'adz bin Jabal). Buatkanlah sangkaan didalam hati bahwa shalat yang anda lakukan saat ini adalah shalat terakhir, karena belum tentu umur anda akan sampai pada waktu shalat berikutnya. Maka, masuk ke akhirath, keluar dari dunia.
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya, dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. Mereka itulah orang-orang yang akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi surga Firdaus. Mereka kekal di dalamnya (QS. Al-Mu'minuun (23) ayat 1, 2, 9-11). Inilah hasil dari shalat yang "berkelas".
* * *